Oke faqy. Hmmm. Oke. Kamu tidak
mengindahkan sepucuk surat yang ku tuliskan 6 bulan yang lalu. Surat yang ku
harap dapat membantumu mempertimbangkan sesuatu untuk mengambil keputusan yang
besar. Tapi semua sudah terjadi, keputusan sudah diambil, dan selamat
menghadapi.
Biarkan aku menulis sepucuk surat
lagi dan kamu harus berjanji membaca dan mengingat ini ketika pikiranmu lupa
impianmu, tertimbun gemerlap kesibukan, aku akan terus mencoba menggali lagi dan
mengingatkan ini.
Semua berawal dari quote bijak ini
“Lebih baik kamu menyesal karena kamu telah mencoba sesuatu daripada kamu
menyesal karena tidak melakukan apa-apa”. Quote indah ini berhasil
mempengaruhimu untuk mengambil keputusan untuk mencoba ini mencoba itu. Hey.
Sebuah quote tidak bisa menjadi landasan dalam realita, realita tak sesimpel
quote. Banyak quote yang hanya cocok digunakan di beberapa kondisi tapi tidak
dapat digunakan di kondisi tertentu, tidak bisa digeneralisasi. “Fill your life with experience, not things.
Have stories to tell, not stuff to show”, dengan landasan ini pun juga sama,
mencari dan mencoba pengalaman sebanyak-banyaknya. Mungkin bukan salah quote
nya tapi mungkin juga salah si pemakai quote yang tidak tepat menempatkan
kondisinya. Quote hanyalah hasil pikir manusia yang tidak bisa menjadi patokan
untuk suatu kebenaran. Jadi berhentilah mendewakan quote yang tidak lain
hanyalah opini manusia. Jika aku ganti quotenya menjadi “Fill your life with beribadah”, apakah salah karena tidak cocok
dengan quote diatasnya?
Lah malah bahas quote
Visi adalah sebuah tujuan yang
akan dicapai. Misi adalah hal yang dilakukan untuk mencapai visi. Sudah
sewarjanya setiap orang mempunyai visi. Ketika masuk di lingkungan baru, dia
akan membuat visinya. Katakanlah seorang mahasiswa baru yang datang di
lingkungan serba beda dari lingkungan sebelumnya. Dia membuat visi dan
target-target yang harus dicapai selama masa perkuliahnya. Dia menuliskan
target-target yang akan dicapai. Menjadi ini menjadi itu mendapat ini mendapat
itu. Bagus. Seiring berjalannya waktu, perlahan target-target tersebut
tercapai. Dan dia mempertanyakan lagi tentang target-targetnya. Lalu kenapa
kalau visi selama di kampus sudah tercapai? Apakah berguna untuk kehidupan
setelah kuliah? Dia tersadar ternyata visi dan misi yang ingin dicapai di dunia
perkuliahan tidak ada hubungannya dengan visi dan misi untuk menggapai
cita-citanya. Dia hanya berpikir 4 langkah ke depan agak miring ke samping kiri
300, sedangkan tujuannya ada di depan di sudut 00,
belasan langkah, puluhan langkah. Kemudian mahasiswa tersebut merenungi
kembali, apakah dia membuat visi yang dilapisi misi ataukah hanya gengsi yang
melahirkan ambisi.
Organisasi mahasiswa. Organisasi
mahasiswa adalah wadah dan fasilitator mahasiswa untuk melatih hal-hal yang
tidak diajarkan di bangku kuliah untuk bekal di dunia kerja nanti. Tentu saja
organisasi memiliki visi yang direalisasikan dengan mengadakan program kerja
dengan mahasiswa sebagai orang yang akan mewujudkan visi organisasi. Organisasi
butuh mahasiswa untuk mencapai visi, mahasiswa butuh organisasi untuk mencari
pengalaman, softskill, leadership, dan sebagainya. Mutualisme. Organisasi
adalah hal bagus, bermanfaat, super pokoknya. Tapi mari kita lihat dengan
kacamata lain. Jika seorang mahasiswa dapat berusaha mati-matian dengan kucur
keringatnya mensukseskan sebuah program organisasi dengan berharap softskill
yang akan didapat, mengapa tak membuat program sendiri dengan visi sendiri dan dengan bangga
mempersembahkan kucur darah untuk memperjuangkan program dan impiannya sendiri.
Merintis suatu usaha misalnya. Hehe.
Tapi, tapi. Mahasiswa kan kuliah
buat dapet gelar terus kerja.
Oke. Mari kita lihat faktanya.
Ya. Ini realita. Di indonesia, jumlah pengangguran terus meningkat, termasuk
yang sarjana. Mengapa bisa begitu. Lihat saja di setiap kampus, ribuan orang
diwisuda tiap tahunnya, ribuan wisuda dilahirkan. Itu hanya satu kampus. Dan hal
mengerikannya adalah kita tidak hanya bersaing dengan yang satu jurusan, atau
satu fakultas, contohnya sarjana pertanian pun bisa kerja di bank. Ribuan
sarjana dilahirkan tiap tahun di satu kampus, tapi perusahaan yang membuka lapangan
pekerjaan? Luar biasa sedikit. Sarjana yang lahir 2 tahun kemarin belum
mendapatkan pekerjaan, sudah dilahirkan lagi sarjana setahun kemarin, dilahirkan lagi tahun
ini, belum lagi bersaing dengan sarjana yang dilahirkan tahun depan. Belum
lagi, embel2 fresh graduated (sarjana
yg belum memiliki pengalaman kerja) susah nyari kerja, karena perusahaan
menganggap fresh graduated belum
terampil di dunia kerja, perusahaan harus memberi training yang akan menambah
cost perusahaan, akibatnya perusahaan lebih memilih mereka yang sudah
berpengalaman daripada harus memperkerjakan fresh
graduated. Inilah rintangan terjal yang akan kita hadapi, dan kita masih
bersantai padahal beberapa tahun lagi akan sampai pada titik itu. Titik dimana
siapapun dapat menggilas mereka yang tidak siap.
Tenang. IP ku kan bagus. Pasti
gampang cari kerja.
Pasti pernah kan melihat lowongan
pekerjaan di suatu perusahaan? Disana kebanyakan mensyaratkan minimal S1. WOW.
S1 berarti sarjana dari jurusan apapun bisa daftar. Tidak semua sih yang
seperti itu. Tapi ini dia syarat berikutnya. IPK minimal 3,00. Jadi mulai dari
ipk 3,00 sampai ipk 4,00 dianggap SAMA, semuanya LOLOS tahap berkas.
Selanjutnya hasil wawancara yang menentukan.
Tenang. Aku punya pengalaman
organisasi.
Bagus. Tapi nyatanya, sekarang,
sebagian besar mahasiswa pernah berorganisasi. Lalu apa bedanya dengan mereka?
Jika ingin benar-benar menjadi pemenang di persaingan sengit mendapatkan kursi
pekerjaan dan menggilas mereka yang lemah, carilah pengalaman kerja, CURI
START, agar wisuda tidak hanya menjadi fresh
graduated seperti kebanyakan sarjana.
Menggilas mereka yang lemah?
Yaaa. Secara tidak langsung,
dengan berhasil mendapatkan pekerjaan, sama saja dengan menggilas mereka yang
tidak mendapat pekerjaan.
Gimana cara agar tidak menggilas
yang lain?
Gampang. Buka lowongan kerja
sendiri. Setidaknya untuk diri sendiri. Syukur-syukur bisa membuka lowongan
untuk orang lain. Sehingga dapat ikut membantu pemerintah menurunkan angka pengangguran.
Membuat usaha sendiri. Udah bisa mensukseskan proker orang kan? Kenapa ga nyoba mensukseskan proker sendiri? Organisasi hanyalah simulasi.
Biarkan aku kutip quote Warren
Buffet yang sangat indah ini “If you dont
find a way to make money while you sleep, you will work until you die”.
Bagus sekali quote ini, dengan kata singkat ini dapat memotivasi sedikit banyak
orang. Setuju. Setuju bukan berarti membenarkan quote. Bagaimanapun tidak ada
quote yang benar-benar tepat. Lihatlah orang-orang yang tidak beruntung dan
berkebutuhan khusus, disability, apakah dia menemukan jalan untuk mendapatkan
uang walaupun saat tidur? Tidak. Apakah dia bekerja? Tidak juga. Eh pembahasannya jadi melenceng.
Ya. Intinya, mencari jalan agar tetap mendapatkan uang bahkan ketika kita
tidur.
Tentu saja tujuan utamanya bukan
uang. Tapi membuat wadah yang dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin.
Jika kita sebagai mahasiswa tidak bisa ikut turun ke jalan untuk melantangkan
suara tentang pengangguran atau upah sedikit dan sebagainya kepada pemerintah,
jadilah seorang mahasiswa yang memperjuangkan rakyat dengan caranya sendiri.
Tidak ikut turun ke jalan bukanlah karena apatis atau tidak peduli rakyat atau
apa, tapi karena mahasiswa punya jalannya masing-masing untuk memperjuangkan
rakyat, jadi berhentilah menghakimi kami wahai yang mulia orator yang
menganggap mahasiswa diam adalah yang tidak peduli bangsanya. HIDUP MAHASISWA!!
Haha
Jika banyaknya pengangguran di
negeri ini bagaikan air di samudra, buatlah spons yang dapat menyerap habis
samudra itu. Sampai kapan berhenti membuat spons (lapangan pekerjaan) untuk
menyerap air samudra (pengangguran)? Sampai kamu menjadi satu-satunya
pengangguran di negeri ini. Boom.
Sekian, sepucuk surat ini kutuliskan hanya untukmu, demi kebaikanmu, dan demi kebaikan bangsa ini yang menderita di tanah surga.
Hanyalah opini penulis yang
diambil dan berpihak pada satu sisi karena sedang malas melihat sisi yang lain.
Sesungguhnya penulis bukanlah pemilik kebenaran dan pembaca juga bukan pemilik
kebenaran. Jadi, tidak bisa saling menyalahkan. Haha. Tidak ada yang benar dan
salah dari suatu opini, yang ada hanyalah setuju dan tidak setuju.
Opini pribadi + “Pejuang Gelar,
Lama Kuliahnya, Mahal Biayanya, Nganggur setelah Wisuda” karya Izadian Zaini
Fahroji + “Lulus Kuliah Cari Kerja? Kuno!” karya Dodi Mawardi
No comments:
Post a Comment