Tuesday, June 26, 2018

From Faqy to Faqy 2: It's Time to Change


Oke faqy. Hmmm. Oke. Kamu tidak mengindahkan sepucuk surat yang ku tuliskan 6 bulan yang lalu. Surat yang ku harap dapat membantumu mempertimbangkan sesuatu untuk mengambil keputusan yang besar. Tapi semua sudah terjadi, keputusan sudah diambil, dan selamat menghadapi.

Biarkan aku menulis sepucuk surat lagi dan kamu harus berjanji membaca dan mengingat ini ketika pikiranmu lupa impianmu, tertimbun gemerlap kesibukan, aku akan terus mencoba menggali lagi dan mengingatkan ini.



Semua berawal dari quote bijak ini “Lebih baik kamu menyesal karena kamu telah mencoba sesuatu daripada kamu menyesal karena tidak melakukan apa-apa”. Quote indah ini berhasil mempengaruhimu untuk mengambil keputusan untuk mencoba ini mencoba itu. Hey. Sebuah quote tidak bisa menjadi landasan dalam realita, realita tak sesimpel quote. Banyak quote yang hanya cocok digunakan di beberapa kondisi tapi tidak dapat digunakan di kondisi tertentu, tidak bisa digeneralisasi. “Fill your life with experience, not things. Have stories to tell, not stuff to show”, dengan landasan ini pun juga sama, mencari dan mencoba pengalaman sebanyak-banyaknya. Mungkin bukan salah quote nya tapi mungkin juga salah si pemakai quote yang tidak tepat menempatkan kondisinya. Quote hanyalah hasil pikir manusia yang tidak bisa menjadi patokan untuk suatu kebenaran. Jadi berhentilah mendewakan quote yang tidak lain hanyalah opini manusia. Jika aku ganti quotenya menjadi “Fill your life with beribadah”, apakah salah karena tidak cocok dengan quote diatasnya?

Lah malah bahas quote

Visi adalah sebuah tujuan yang akan dicapai. Misi adalah hal yang dilakukan untuk mencapai visi. Sudah sewarjanya setiap orang mempunyai visi. Ketika masuk di lingkungan baru, dia akan membuat visinya. Katakanlah seorang mahasiswa baru yang datang di lingkungan serba beda dari lingkungan sebelumnya. Dia membuat visi dan target-target yang harus dicapai selama masa perkuliahnya. Dia menuliskan target-target yang akan dicapai. Menjadi ini menjadi itu mendapat ini mendapat itu. Bagus. Seiring berjalannya waktu, perlahan target-target tersebut tercapai. Dan dia mempertanyakan lagi tentang target-targetnya. Lalu kenapa kalau visi selama di kampus sudah tercapai? Apakah berguna untuk kehidupan setelah kuliah? Dia tersadar ternyata visi dan misi yang ingin dicapai di dunia perkuliahan tidak ada hubungannya dengan visi dan misi untuk menggapai cita-citanya. Dia hanya berpikir 4 langkah ke depan agak miring ke samping kiri 300, sedangkan tujuannya ada di depan di sudut 00, belasan langkah, puluhan langkah. Kemudian mahasiswa tersebut merenungi kembali, apakah dia membuat visi yang dilapisi misi ataukah hanya gengsi yang melahirkan ambisi.

Organisasi mahasiswa. Organisasi mahasiswa adalah wadah dan fasilitator mahasiswa untuk melatih hal-hal yang tidak diajarkan di bangku kuliah untuk bekal di dunia kerja nanti. Tentu saja organisasi memiliki visi yang direalisasikan dengan mengadakan program kerja dengan mahasiswa sebagai orang yang akan mewujudkan visi organisasi. Organisasi butuh mahasiswa untuk mencapai visi, mahasiswa butuh organisasi untuk mencari pengalaman, softskill, leadership, dan sebagainya. Mutualisme. Organisasi adalah hal bagus, bermanfaat, super pokoknya. Tapi mari kita lihat dengan kacamata lain. Jika seorang mahasiswa dapat berusaha mati-matian dengan kucur keringatnya mensukseskan sebuah program organisasi dengan berharap softskill yang akan didapat, mengapa tak membuat program sendiri dengan visi sendiri dan dengan bangga mempersembahkan kucur darah untuk memperjuangkan program dan impiannya sendiri. Merintis suatu usaha misalnya. Hehe.

Tapi, tapi. Mahasiswa kan kuliah buat dapet gelar terus kerja.

Oke. Mari kita lihat faktanya. Ya. Ini realita. Di indonesia, jumlah pengangguran terus meningkat, termasuk yang sarjana. Mengapa bisa begitu. Lihat saja di setiap kampus, ribuan orang diwisuda tiap tahunnya, ribuan wisuda dilahirkan. Itu hanya satu kampus. Dan hal mengerikannya adalah kita tidak hanya bersaing dengan yang satu jurusan, atau satu fakultas, contohnya sarjana pertanian pun bisa kerja di bank. Ribuan sarjana dilahirkan tiap tahun di satu kampus, tapi perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan? Luar biasa sedikit. Sarjana yang lahir 2 tahun kemarin belum mendapatkan pekerjaan, sudah dilahirkan lagi sarjana setahun kemarin, dilahirkan lagi tahun ini, belum lagi bersaing dengan sarjana yang dilahirkan tahun depan. Belum lagi, embel2 fresh graduated (sarjana yg belum memiliki pengalaman kerja) susah nyari kerja, karena perusahaan menganggap fresh graduated belum terampil di dunia kerja, perusahaan harus memberi training yang akan menambah cost perusahaan, akibatnya perusahaan lebih memilih mereka yang sudah berpengalaman daripada harus memperkerjakan fresh graduated. Inilah rintangan terjal yang akan kita hadapi, dan kita masih bersantai padahal beberapa tahun lagi akan sampai pada titik itu. Titik dimana siapapun dapat menggilas mereka yang tidak siap.

Tenang. IP ku kan bagus. Pasti gampang cari kerja.

Pasti pernah kan melihat lowongan pekerjaan di suatu perusahaan? Disana kebanyakan mensyaratkan minimal S1. WOW. S1 berarti sarjana dari jurusan apapun bisa daftar. Tidak semua sih yang seperti itu. Tapi ini dia syarat berikutnya. IPK minimal 3,00. Jadi mulai dari ipk 3,00 sampai ipk 4,00 dianggap SAMA, semuanya LOLOS tahap berkas. Selanjutnya hasil wawancara yang menentukan.

Tenang. Aku punya pengalaman organisasi.

Bagus. Tapi nyatanya, sekarang, sebagian besar mahasiswa pernah berorganisasi. Lalu apa bedanya dengan mereka? Jika ingin benar-benar menjadi pemenang di persaingan sengit mendapatkan kursi pekerjaan dan menggilas mereka yang lemah, carilah pengalaman kerja, CURI START, agar wisuda tidak hanya menjadi fresh graduated seperti kebanyakan sarjana.

Menggilas mereka yang lemah?

Yaaa. Secara tidak langsung, dengan berhasil mendapatkan pekerjaan, sama saja dengan menggilas mereka yang tidak mendapat pekerjaan.

Gimana cara agar tidak menggilas yang lain?

Gampang. Buka lowongan kerja sendiri. Setidaknya untuk diri sendiri. Syukur-syukur bisa membuka lowongan untuk orang lain. Sehingga dapat ikut membantu pemerintah menurunkan angka pengangguran. Membuat usaha sendiri. Udah bisa mensukseskan proker orang kan? Kenapa ga nyoba mensukseskan proker sendiri? Organisasi hanyalah simulasi.

Biarkan aku kutip quote Warren Buffet yang sangat indah ini “If you dont find a way to make money while you sleep, you will work until you die”. Bagus sekali quote ini, dengan kata singkat ini dapat memotivasi sedikit banyak orang. Setuju. Setuju bukan berarti membenarkan quote. Bagaimanapun tidak ada quote yang benar-benar tepat. Lihatlah orang-orang yang tidak beruntung dan berkebutuhan khusus, disability, apakah dia menemukan jalan untuk mendapatkan uang walaupun saat tidur? Tidak. Apakah dia bekerja? Tidak juga. Eh pembahasannya jadi melenceng. Ya. Intinya, mencari jalan agar tetap mendapatkan uang bahkan ketika kita tidur.

Tentu saja tujuan utamanya bukan uang. Tapi membuat wadah yang dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Jika kita sebagai mahasiswa tidak bisa ikut turun ke jalan untuk melantangkan suara tentang pengangguran atau upah sedikit dan sebagainya kepada pemerintah, jadilah seorang mahasiswa yang memperjuangkan rakyat dengan caranya sendiri. Tidak ikut turun ke jalan bukanlah karena apatis atau tidak peduli rakyat atau apa, tapi karena mahasiswa punya jalannya masing-masing untuk memperjuangkan rakyat, jadi berhentilah menghakimi kami wahai yang mulia orator yang menganggap mahasiswa diam adalah yang tidak peduli bangsanya. HIDUP MAHASISWA!! Haha

Jika banyaknya pengangguran di negeri ini bagaikan air di samudra, buatlah spons yang dapat menyerap habis samudra itu. Sampai kapan berhenti membuat spons (lapangan pekerjaan) untuk menyerap air samudra (pengangguran)? Sampai kamu menjadi satu-satunya pengangguran di negeri ini. Boom.

Sekian, sepucuk surat ini kutuliskan hanya untukmu, demi kebaikanmu, dan demi kebaikan bangsa ini yang menderita di tanah surga.


Hanyalah opini penulis yang diambil dan berpihak pada satu sisi karena sedang malas melihat sisi yang lain. Sesungguhnya penulis bukanlah pemilik kebenaran dan pembaca juga bukan pemilik kebenaran. Jadi, tidak bisa saling menyalahkan. Haha. Tidak ada yang benar dan salah dari suatu opini, yang ada hanyalah setuju dan tidak setuju.


Opini pribadi + “Pejuang Gelar, Lama Kuliahnya, Mahal Biayanya, Nganggur setelah Wisuda” karya Izadian Zaini Fahroji + “Lulus Kuliah Cari Kerja? Kuno!” karya Dodi Mawardi

No comments:

Post a Comment